Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 30; Kolose 3; 2 Tawarikh 18-19
Dulu saya pikir keluarga saya termasuk keluarga sakinah yang rukun dan takut akan Tuhan, tapi ternyata dalam rumah tangga tetap saja ada "bolong" di sana-sini, tulis seseorang. Pergumulan tentang anak-anak, kesibukan masing-masing karena pekerjaan dan masalah uang seringkali meyeret pasangan suami isti makin menjauh dan berselisih. Di satu sisi orang berlomba ingin cepat menikah, sementara banyak pasangan yang tampaknya oke saat menikah pada akhirnya memutuskan bercerai.
Sehubungan dengan ini, marilah kita renungkan ayat di atas dengan lebih mendalam. Apa yang biasanya kita gali dari ayat tersebut? Apakah hanya sekedar larangan untuk bercerai dalam suatu pernikahan antara sesama orang percaya?
Kalimat "kecuali karena zinah", adalah perkecualian bagi seseorang yang berpikir untuk menceraikan pasangannya. Artinya jika pasangan kita melakukan hal tersebut, barulah kita dapat menceraikan dia dan tidak menjadi bersalah. Tapi ini berarti bagi setiap pasangan yang telah menikah, perceraian sama sekali bukan alternatif bagi konflik-konflik yang timbul dalam pernikahan. Tuhan ingin kita menemukan solusi bagi konflik-konflik tersebut agar kita tidak bercerai dan tetap dapat menjalani kehidupan pernikahan yang berkomitmen.
Ayat ini juga merupakan peringatan bahwa pernikahan adalah suatu perkara serius atau "makanan keras" bagi mereka yang belum siap. Di dalam pernikahan telah terbukti banyak terjadi konflik. Jadi seseorang sebaiknya mempertimbangkan matang-matang sebelum melangkah menuju pernikahan. Salah satunya dengan belajar mengatasi konflik dalam setiap hubunga dengan keluarga, teman, rekan kerja, dan juga saudara seiman.
Sebelum melangkah ke dalam pernikahan, persiapkan diri kita baik-baik dalam hal menangani konflik.